TafsirSurat Ali 'Imran Ayat 19 (Terjemah Arti) Paragraf di atas merupakan Surat Ali 'Imran Ayat 19 dengan text arab, latin dan artinya. Didapati pelbagai penjabaran dari beragam mufassir terhadap makna surat Ali 'Imran ayat 19, sebagiannya seperti terlampir: Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia. Setelahayat sebelumnya menjelaskan tentang keesaan Allah, maka ayat ini menegaskan tentang kebenaran Islam yang inti ajarannya adalah tauhid. Sesungguhnya agama yang benar dan diridai di sisi Allah i 3:19, 3 19, 3-19, Surah Ali Imran 19, Tafsir surat AliImran 19, Quran Al Imran 19, Surah Ali Imran ayat 19, # TRIBUNJAMBICOM - Imam Suyuthi meriwayatkan kisah panjang terkait sebab turunnya ayat 19 Surat An Nisa.Dalam kitabnya Asbabun Nuzul, Imam Suyuthi meriwayatkan sejumlah hadis terkait sebab turunnya ayat tersebut. Berikut arti ayat 19 Surat An Nisa: "Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil Fast Money. Surat Ali Imran ayat 190-191 – Dengan diturunkannya Al-Qur’an tentu saja mempunyai tujuan yang mana Al-Qur’an sendiri sudah banyak menjelaskan dalam ayat-ayat yang dikandungnya. “Kita akan menemukan beberapa ayat yang dapat memberikan gambaran kepada kita akan tujuan dari diturunkannya Al Quran. Terkadang, ayat-ayat tersebut seolah memberikan penjelasan beberapa tujuan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya,” Melalui kumpulan-kumpulan firman-firman Allah SWT yang dikandungnya, Al Quran berisi tentang aturan-aturan yang berlaku bagi seluruh makhluk ciptaan-Nya baik di langit maupun di bumi. Selain itu, setiap surat yang ada di dalam Al Quran ini memiliki makna dan tafsirannya masing-masing. Begitu juga surat Ali Imran ayat 190-191. Di kesempatan ini, kita akan membahas tentang surat Ali Imran ayat 190-191. Namun, sebelum itu, ada baiknya kita membahas tentang tujuan diturunkannya Al Quran terlebih dahulu. Lalu, Allah SWT mempunyai tujuan apa saja diturunkannya Al Qur’an yang telah dijelaskan ayat-ayat di dalamnya? Simak penjelasan berikut ini agar menambah wawasan tentang Al Qur’an. Tujuan Diturunkannya Al Quran1. Memimpin Manusia Menuju Jalan Keselamatan dan Kebahagiaan2. Memelihara dan mempertahankan martabat kemanusiaan3. Peringatan dan pengingat bagi umat manusia4. Pedoman, petunjuk, dan rahmat bagi manusia5. Pelajaran dan penerangan6. Pemutus HukumTentang Qur’an Surat Ali Imran Ayat 190-191Surat Ali Imran Ayat 190Surat Ali Imran Ayat 191Tafsir Surat Ali Imran Ayat 190-191Kandungan Qur’an Surat Ali Imran ayat 190-191Asbabun Nuzul Surat Ali Imran ayat 190-191Kategori Ilmu Berkaitan Agama IslamMateri Agama Islam Tujuan Diturunkannya Al Quran 1. Memimpin Manusia Menuju Jalan Keselamatan dan Kebahagiaan Tujuannya yang pertama diturunkannya Al Qur’an adalah untuk memimpin manusia ke jalan keselamatan dan jalan yang lurus. Hal tersebut semata-mata hanya untuk memberikan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana dijelaskan dalam Qur’an Surat Al Maidah ayat 15-16, Allah SWT berfirman yaitu يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيرًا مِمَّا كُنْتُمْ تُخْفُونَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ ۚ قَدْ جَاءَكُمْ مِنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُبِينٌ 15 يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ 16 Artinya “Wahai Ahli Kitab! Sungguh, Rasul Kami telah datang kepadamu, menjelaskan kepadamu banyak hal dari isi kitab yang kamu sembunyikan, dan banyak pula yang dibiarkannya. Sungguh, telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menjelaskan. Dengan Kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang mengikuti keridaanNya ke jalan keselamatan, dan dengan Kitab itu pula Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izin-Nya, dan menunjukkan ke jalan yang lurus.” 2. Memelihara dan mempertahankan martabat kemanusiaan Tujuan Al-Quran yang kedua yaitu mengajarkan manusia bagaimana cara untuk mempertahankan martabat yang tinggi. Yakni, memelihara dan mempertahankannya dengan iman dan kebajikan. Hal ini diajarkan dalam surat At Tin ayat 6 yaitu sebagai berikut إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ Artinya “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya.” 3. Peringatan dan pengingat bagi umat manusia Tujuan diturunkannya Al-Qur’an selanjutnya adalah Al-Qur’an diturunkan sebagai peringatan dan pengingat bagi manusia. Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam Qur’an Surat Al An’am ayat 19 yaitu sebagai berikut قُلْ أَيُّ شَيْءٍ أَكْبَرُ شَهَادَةً ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ شَهِيدٌ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ ۚ وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَٰذَا الْقُرْآنُ لِأُنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ ۚ أَئِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ أَنَّ مَعَ اللَّهِ آلِهَةً أُخْرَىٰ ۚ قُلْ لَا أَشْهَدُ ۚ قُلْ إِنَّمَا هُوَ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ وَإِنَّنِي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ Artinya “Katakanlah Muhammad, “Siapakah yang lebih kuat kesaksiannya?” Katakanlah, “Allah, Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Al-Qur’an ini diwahyukan kepadaku agar dengan itu aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang yang sampai Al-Qur’an kepadanya. Dapatkah kamu benar-benar bersaksi bahwa ada tuhan-tuhan lain bersama Allah?” Katakanlah, “Aku tidak dapat bersaksi.” Katakanlah, “Sesungguhnya hanya Dialah Tuhan Yang Maha Esa dan aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan dengan Allah.” 4. Pedoman, petunjuk, dan rahmat bagi manusia Sebagaimana firman Allah dalam Qur’an Surat Al Jasiyah ayat 20 yang isinya tentang agar manusia menjadikannya sebagai pedoman, petunjuk, dan rahmat. Berikut firman Allah SWT yaitu هَٰذَا بَصَائِرُ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ Artinya “Al-Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.” 5. Pelajaran dan penerangan Al-Quran juga menjadi kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai kitab untuk memberi penerangan bagi manusia. Berikut bunyi dalil surat Yasin ayat 69, وَمَا عَلَّمْنَاهُ الشِّعْرَ وَمَا يَنْبَغِي لَهُ ۚ إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ وَقُرْآنٌ مُبِينٌ Artinya “Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya Muhammad dan bersyair itu tidaklah pantas baginya. Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan Kitab yang jelas,” 6. Pemutus Hukum Tujuan diturunkannya Al Qur’an ada dalam firman Allah SWT dalam Quran Surat An Nahl ayat 64 menjelaskan tentang pemutus hukum dan pengangkat perselisihan serta pembeda antara yang haq dan batil. Berikut firman Allah SWT tersebut yaitu وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ إِلَّا لِتُبَيِّنَ لَهُمُ الَّذِي اخْتَلَفُوا فِيهِ ۙ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ Artinya “Dan Kami tidak menurunkan Kitab Al-Qur’an ini kepadamu Muhammad, melainkan agar engkau dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan, serta menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” Pada intinya, tujuan diturunkannya Al Quran semata-mata bentuk kasih sayang Allah SWT kepada makhluk ciptaanNya. Tentunya agar menjalani kehidupan sebaik mungkin dan meraih kebahagiaan abadi di surga. Tentang Qur’an Surat Ali Imran Ayat 190-191 Nah, setelah mengetahui tentang tujuan diturunkannya Al Qur’an maka sekarang kita bahas mengenai Qur’an Surat Ali Imran ayat 190-191 adalah ayat tentang ulul albab. Berikut ini arti, tafsir dan kandungan maknanya. Surat Ali Imran آل عمران merupakan surat madaniyah yang turun setelah Surat Al Anfal. Nama Ali Imran karena dalam surat ini disebutkan kisah keluarga Imran, ayah Maryam, ibu kandung Isa alaihis salam. Hendaklah sebagai seorang muslim untuk selalu mengingat Allah SWT melalui ciptaan-Nya dan kekuasaan-Nya. Seperti, terciptanya siang dan malam, luasnya semesta, serta pasang surut air laut. Dengan memikirkan ciptaan-Nya yang luar biasa, seorang muslim akan mampu untuk selalu mengingat kehendak Allah SWT dalam setiap ciptaan-Nya. Seperti yang tertulis di dalam Al Qur’an Surat Ali Imran ayat 190-191 yang berbunyi yaitu Surat Ali Imran Ayat 190 إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ Inna fī khalqis-samāwāti wal-arḍi wakhtilāfil-laili wan-nahāri la`āyātil li`ulil-albāb Artinya “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,” Surat Ali Imran Ayat 191 الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ Allażīna yażkurụnallāha qiyāmaw wa qu’ụdaw wa alā junụbihim wa yatafakkarụna fī khalqis-samāwāti wal-arḍ, rabbanā mā khalaqta hāżā bāṭilā, sub-ḥānaka fa qinā ażāban-nār Artinya “yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata, “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” Terdapat beberapa penafsiran dari pakar tafsir tentang makna surat ali imran ayat 190-191. Sebagian penafsiran di bawah ini “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi yang tanpa ada contoh sebelumnya dan dalam pergantian malam dan siang dan perbedaan waktu keduanya dengan memanjang dan memendek benar-benar merupakan petunjuk-petunjuk dan bukti-bukti yang agung atas keesaan Allah bagi orang-orang yang mempunyai akal-akal yang selamat.” Tafsir al-Muyassar “Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi, dari tidak ada menjadi ada serta tanpa ada contoh sebelumnya, dan di dalam pergantian malam dan siang serta perbedaan panjang dan pendeknya waktu, benar-benar terdapat bukti-bukti nyata bagi orang-orang yang berakal sehat yang menunjukkan mereka kepada Sang Maha Pencipta alam semesta, hanya Dia Yang berhak disembah.” Tafsir al-Mukhtashar Sesungguhnya dalam penciptaan dan pembuatan langit dan bumi, pergantian malam dan siang hari dengan sangat rinci, pergantian keduanya dalam waktu yang lama maupun singkat, panas dan dingin, serta peristiwa lainnya itu mengandung dalil yang jelas atas keberadaan, kuasa dan keesaan Allah bagi orang-orang yang berakal sehat. Ayat ini diturunkan ketika suku quraisy meminta Nabi SAW dengan berkata “Berdoalah kepada Tuhanmu untuk menjadikan bukit Shafa menjadi emas” Lalu beliau berdoa kepada Tuhan. Kemudian turunlah ayat ini {Inna fii khalqis samawati}, Maka sebaiknya kalian memikirkan hal tersebut.” Tafsir al-Wajiz Karena hanya dengan memikirkan apa yang Allah sebutkan pada ayat ini cukup bagi orang yang berakal untuk menyampaikannya pada keimanan yang tidak dapat digoncangkan oleh syubhat dan tidak terhalang oleh keraguan. Zubdatut Tafsir “Wahai tuhan kami, Engkau tidaklah menciptakan makhluk ciptaan ini dengan sia-sia. Dan Engkau Maha suci dari hal itu. Maka jauhkanlah dari kami siksaan neraka.” Tafsir al-Muyassar Mereka adalah orang-orang yang senantiasa mengingat Allah dalam kondisi apapun. Baik dalam kondisi berdiri, duduk maupun berbaring. Dan mereka juga senantiasa menggunakan akal pikiran mereka untuk memikirkan penciptaan langit dan bumi. Mereka pun berkata, “Wahai Rabb, Engkau tidak menciptakan makhluk yang sangat besar ini untuk bersenda gurau. Maha Suci Engkau dari senda gurau. Maka jauhkanlah kami dari azab Neraka, dengan cara Engkau bimbing kami kepada perbuatan-perbuatan yang baik dan Engkau lindungi kami dari perbuatan-perbuatan yang buruk.” Tafsir al-Mukhtashar Orang-orang yang selalu mengingat Allah dalam segala kondisinya, yaitu dalam keadaan berdiri ketika shalat, duduk di majelis mereka, dan bersandar ketika dalam keadaan junub. Mereka berpikir tentang kehebatan penciptaan langit, bumi dan meyakininya. Mereka berkata “Wahai Tuhan Kami, Engkau tidak menciptakan hal ini sia-sia dan hanya sebagai hiburan, namun Engkau menciptakannya sebagai petunjuk atas kuasa dan hikmah Mu. Kami menyucikanmu dari segala sesuatu yang tidak sesuai denganMu dan dari kesia-siaan. Maka jadikanlah ketaatan kami kepadaMu itu sebagai pelindung dari neraka.” Tafsir al-Wajiz الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللهَ قِيٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ “yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring Yakni mereka senantiasa berdzikir kepada Allah dalam setiap keadaan. Dan dulu Rasulullah senantiasa berdzikir kepada Allah di setiap waktu. Pendapat lain mengatakan yang dimaksud dari kata dzikir disini adalah shalat, yakni mereka tidak melalaikannya dalam keadaan apapun, sehingga mereka senantiasa melakukan shalat baik dengan berdiri ketika tidak ada uzur dan halangan atau dengan duduk atau berbaring ketika terhalang untuk berdiri.” وَيَتَفَكَّرُونَ فِى خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ “dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi Yakni tentang kehebatan dan kedetailan penciptaan keduanya padahal ukurannya sangat besar.” رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بٰطِلًا seraya berkata “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia Yakni Engkau tidak menciptakan ini dengan sia-sia atau main-main akan tetapi Engkau menciptakannya sebagai bukti atas hikmah dan kekuasaan-Mu, dan untuk Engkau jadikan bumi sebagai tempat menguji hamba-hamba-Mu agar terlihat siapa diantara mereka yang mentaati-Mu dan siapa yang bermaksiat kepada-Mu. سُبْحٰنَكَ Maha Suci Engkau Yakni Engkau Maha Suci dari apa yang tidak layak untuk-Mu.” Zubdatut Tafsir Kandungan Qur’an Surat Ali Imran ayat 190-191 Surat Ali Imran ayat 190-191 secara umum menjelaskan tentang tanda-tanda kekuasaan Allah yang semestinya direnungi oleh umat Muslim. Kandungan Surat Ali Imran Ayat 190-191. Berikut ini adalah isi kandungan Surat Ali Imran ayat 190-191 Penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang merupakan tanda kekuasaan Allah. Tanda kekuasaan Allah di alam semesta ini hanya diketahui oleh ulul albab. Ulul albab adalah orang yang berdzikir dan berpikir. Ia selalu ingat kepada Allah dalam segala kondisi dan ia juga mempergunakan akalnya untuk memikirkan penciptaan alam semesta. Tafakur atau berpikir yang benar akan mengantarkan pada kesimpulan bahwa Allah menciptakan sesuatu tidak ada yang sia-sia. Semuanya benar, semuanya bermanfaat. Tafakur atau berpikir yang benar juga melahirkan kedekatan kepada Allah dan memperbanyak doa kepada-Nya. Asbabun Nuzul Surat Ali Imran ayat 190-191 Asbabun nuzul Surat Ali Imran ayat 190-191 diriwayatkan oleh Ibnu Mardawaih dari atha ia bercerita bahwa Aku pergi bersama Ibnu Umar dan Ubaid Bin Umar waktu mengunjungi Aisyah yang menerima dan menemui kami dibalik tirai. Beliau bertanya kepada kami, “Hai Ubaid! Apakah yang menghalangimu mengunjungi kami?” Ubaid menjawab dengan pepatah yang berbunyi “Berkunjunglah jarang-jarang agar bertambah kasih dan sayang.” Lalu Ibnu Umar bertanya kepada Aisyah, “Ceritakanlah kepada kami apa yang engkau lihat yang paling menakjubkan tentang perilaku Rasulullah SAW?” Aisyah menjawab, “Semua tingkah lakunya menakjubkan. Pada suatu malam beliau menghampiriku sehingga bersentuh tubuhku dengan tubuhnya.” Lalu beliau bersabda kepadaku, “Biarlah aku beribadah kepada tuhanku.” Aku menjawab, “Demi Allah! Bahwa aku suka engkau berada disampingku, tetapi aku juga suka engkau beribadah kepada Tuhanmu.” Usai shalat beliau duduk sambil menangis tersedu-sedu sampai janggutnya basah oleh air matanya, kemudian ia bersujud dalam keadaan menangis hingga air matanya membasahi lantai. Ketika Bilal datang untuk panggilan shalat subuh, ia menemui beliau masih dalam keadaan tersedu-sedu dalam keadaan berbaring. Bilal bertanya kepadanya, “Apakah yang menyebabkan engkau menangis ya Rasulullah padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu maupun yang akan datang?” Rasulullah menjawab, “Bagaimana aku tidak menangis hai Bilal, setelah Allah menurunkan ayat ini, celakalah hai Bilal orang yang membaca ayat ini tanpa merenungkan dalam-dalam isinya.” Demikian pembahasan tentang surat Ali Imran ayat 190-191. Semoga semua pembahasan di atas bermanfaat untuk kamu. Grameds bisa mendapatkan lebih banyak informasi dengan membaca buku yang tersedia di Sebagai SahabatTanpaBatas kami selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi LebihDenganMembaca. Penulis Yufi Cantika Sukma Ilahiah Rujukan Memahami tafsir Al-Quran ini bisa dilakukan, memiliki banyak sekali metodenya. Maka dari itu, kita perlu mengetahui metode-metode menafsirkan Al-Quran agar lebih mudah menafsirkan Al-Quran. Salah satu buku yang bisa dijadikan sebagai referensi dalam menafsirkan Al-Quran adalah 20 Hari Bisa Memahami Tafsir Al-Quran Metode 3 in 1 Jilid 2. Dalam memahami tafsir Al-Quran, sebaiknya mengikuti kaidahnya. Untuk mengetahui hal itu, kamu bisa membaca buku Kaidah Tafsir Al-Quran. Di dalam buku ini, pembaca akan mengetahui Buku ini memperbincangkan kaidah-kaidah yang sangat diperlukan untuk memahami Al-Qur’an. Kaidah-kaidah tersebut meliputi kaidah bahasa, kaidah yang berkaitan dengan ulum Al-Qur’an, Setiap surah yang ada di dalam Al-Quran memiliki arti dan tafsirnya tersendiri. Begitu juga dengan surat Al-Maidah yang memiliki tafsirnya tersendiri. Buku Tafsir Al-Amin Bedah Surah Al-Maidah ini bisa dijadikan referensi dalam memahami tafsir surat Al-Maidah. ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID YmW0IQvSGqvRIfMQj2YJW4lY2YnshKvf7pZrw28UrmmqX4g9ubA0mg== BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM Al-Faqiir ilaa Ridhaa Rabbihi Eka Wahyu Hestya Budiantoإِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلۡإِسۡلَٰمُۗ وَمَا ٱخۡتَلَفَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ إِلَّا مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلۡعِلۡمُ بَغۡيَۢا بَيۡنَهُمۡۗ وَمَن يَكۡفُرۡ بِ‍َٔايَٰتِ ٱللَّهِ فَإِنَّ ٱللَّهَ سَرِيعُ ٱلۡحِسَابِ ١٩ Artinya “Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian yang ada di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.” Firman-Nya إن الدين عند الله الإسلام “Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam”. Ini merupakan kabar dari Allah Ta’ala bahwasanya tidak ada agama di sisi-Nya yang diterima dari seseorang selain Islam. Yaitu mengikuti para Rasul dalam setiap apa yang mereka bawa pada setiap saat hingga berakhir pada Muhammad. Yang mana jalan menuju diri-Nya ditutup kecuali melalui jalan Muhammad. Maka barangsiapa menemui Allah meninggal dunia setelah diutusnya Muhammad dalam keadaan memeluk agama yang tidak sejalan dengan syari’at-Nya, tidak akan pernah diterima. Sebagaimana yang difirmankan-Nya dalam Surah Ali Imraan ayat 85 yang artinya “Siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima [agama itu] daripadanya.” Melalui ayat ini, Allah Ta’ala memberitahukan pembatasan, bahwa agama yang diterima di sisi-Nya hanyalah Islam. Ibnu Jarir menyebutkan bahwa Ibnu Abbas pernah membaca ayat ini. Ibnu Abbas membacanya dengan kasrah pada kata “annaHuu” yaitu menjadi “innaHuu” dan membacanya dengan fathah pada kata “inna” menjadi “anna”. Maksudnya bahwa Allah Ta’ala, Malaikat, dan orang-orang yang berilmu bersaksi bahwa agama yang diterima di sisi Allah Ta’ala hanya Islam. Sedangkan Jumhur Ulama membacanya dengan kasrah yang berkedudukan sebagai khabar predikat Dan kedua makna tersebut benar. Tetapi pendapat Jumhur ulama lebih tepat dan jelas. Firman-Nya وما اختلف الذين أوتوا الكتاب إلا من بعد ما جاءهم العلم بغيا بينهم “Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian yang ada di antara mereka” selanjutnya Allah Ta’ala memberitahukan bahwa orang-orang yang telah diberi Al-Kitab di masa-masa yang lalu berbeda pendapat setelah adanya hujjah bagi mereka dengan diutusnya para Rasul kepada mereka serta diturunkannya kitab-kitab kepada para Rasul tersebut. Dia berfirman dalam lafaz ini yang maksudnya, sebagian mereka merasa dengki atas sebagian lainnya sehingga mereka berselisih dalam hal kebenaran lantaran mereka saling dengki dan benci serta saling membelakangi. Lalu sebagian mereka membawa kebencian kepada sebagian yang lain, kepada penentangan terhadap sebagian yang lain dalam seluruh ucapan dan perbuatannya, meskipun benar. Firman-Nya ومن يكفر بالله maksudnya barangsiapa mengingkari apa yang telah diturunkan Allah Ta’ala dalam Kitab-Nya. Firman-Nya فإن الله سريع الحساب “Maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya” Maksudnya, Allah Ta’ala akan memberikan balasan atas perbuatan tersebut dan menghisabnya atas kedustaan yang telah diperbuatnya serta menyiksanya atas penolakannya terhadap Kitab-Nya. PEMBAHASAN LENGKAP TAFSIR ALQURAN & ASBABUN NUZUL Wallahu Subhaanahu wa Ta’aala A’lamu Bi Ash-Shawaab

asbabun nuzul ali imran ayat 19